Selasa, 31 Juli 2012

Wisata Alam Bandung [Objek Wisata Maribaya]


Perjalanan Wisata Alam gue di Bandung berlanjut ke Objek Wisata yang ada di daerah Maribaya. Awalnya gue sama ga tau ada apa aja di Maribaya, tapi ya gara2 penasaran aja, akhirnya gue datengin juga objek wisata Maribaya. Jadi ceritanya, abis dari Tangkuban Perahu, gue mutusin buat ke objek wisata Maribaya. Jaraknya lumayan jauh kalo dari Tangkuban Perahu, gue jalan2 naek motor, kalo misal ada yg pengen jalan2 naek angkot [umum], gue ga ngerti trayek/rute-nya nih, maklum lah yak, suka touring soalnya daripada naek umum.


Yang unik tuh kalo mau ke objek curugnya bisa naek motor, padahal jalannya bukan jalan aspal/beton, tapi batu2 kali yg disusun buat jalan setapak. Jadi kalo ngelewatin jalanan itu kaya naek kuda aja, uda ga rata, jalanannya sempit pula, paling susah kalo papasan sama motor ato pengunjung laen yg jalan kaki. Menurut gue kalo jalan kaki dari pintu gerbang masuknya ya lumayan jauh juga tapi kalo sehat ya jalan kaki sih. Di sana juga ada fasilitas ojek, buat yg ga mau repot, bisa ngojek dari pintu masuk sampe lokasi curug.


Tapi sayang banget, Curug Omas yang katanya sebelumnya bikin gue penasaran ternyata airnya kotor/coklat. Konon objek wisata Maribaya ini dulunya objek wisata yang cukup terkenal di Kabupaten Bandung. Terlebih lagi, usia objek wisata ini juga udah lumayan tua karena dikembangkan sejak tahun 1835 oleh ayah Maribaya yaitu Eyang Raksa Dinata.


Lalu siapa sih Maribaya itu? Menurut cerita, Maribaya itu seorang gadis cantik yang pada masanya sering diperebutkan oleh para kaum lelaki. Bahkan tidak jarang sampai terjadi pertumpahan darah hanya untuk memperebutkan wanita cantik ini. Dengan diberi nama Maribaya, diharapkan pengunjung akan terpesena dengan keindahan dan kecantikan objek wisata Maribaya ini.


Senin, 30 Juli 2012

Wisata Alam Bandung [Tangkuban Perahu]



Akhinya pada tanggal 7 April 2012, gue bisa ngeliat secara langsung objek wisata Tangkuban Perahu yang ada di Bandung. Bukan karna gue norak ato apa, tapi ya gara2 gue bukan berasal dari Bandung, coba kalo gue asalnya dari Bandung, uda dari dulu kali gue dateng ke Tangkuban Perahu.


Gue dateng kesana pas pagi2 banget, ngindarin ramenya pengunjung kalo dateng kesana siang hari, tapi gue dateng kesana pagi2 aja uda rame banget suasana objek wisata Tangkuban Perahu.


Uda rada lupa kaya gimana jalan cerita gue waktu disana, di balik Tangkuban Perahu ada cerita yang menurut gue jadi mitos asal-usul Tangkuban Perahu.

Ga pake lama, langsung aja simak cerita di bawah, gue ambil dari berbagai sumber:


Pada jaman dahulu kala, di tatar Parahyangan, berdiri sebuah kerajaan yang Gemah Ripah Loh Jinawi Kerta Raharja. Tersebutlah Sang Prabu yang gemar olah raga berburu binatang, yang senantiasa ditemani anjingnya yang setia, yang bernama "Tumang".


Pada suatu ketika Sang Prabu berburu rusa, tapi telah seharian hasilnya kurang menggembirakan. Binatang buruan di hutan seakan lenyap ditelan bumi. Di tengah kekecewaan tidak mendapatkan binatang buruannya, sang Prabu dikagetkan dengan nyalakan anjing setianya "Tumang" yang menemukan seorang bayi perempuan tergeletak diantara rimbunan rerumputan. Alangkah gembiranya Sang Prabu, ketika ditemukannya bayi perempuan yang berparas cantik tersebut, mengingat telah cukup lama  Sang  Prabu mendambakan seorang putri, tapi belum juga dikaruniai anak. Bayi perempuan itu diberi nama Putri Dayangsumbi.


Alkisah putri Dayangsumbi nan cantik rupawan setelah dewasa dipersunting seorang pria, yang kemudian dikarunia seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang yang juga kelak memiliki kegemaran berburu seperti juga sang Prabu. Namun sayang, suami Dayangsumbi tidak berumur panjang.


Suatu saat, Sangkuriang yang masih sangat muda belia, mengadakan perburuan ditemani anjing kesayangan sang Prabu yang juga kesayangan ibunya, yaitu Tumang. Namun hari yang kurang baik menyebabkan perburuan tidak memperoleh hasil binatang buruan. Karena Sangkuriang telah berjanji untuk mempersembahkan hati rusa untuk ibunya, sedangkan rusa buruan tidak didapatkannya, maka Sangkuriang nekad membunuh si Tumang anjing kesayangan ibunya dan juga sang Prabu untuk diambil hatinya, yang kemudian dipersembahkan kepada ibunya.


Namun Dayangsumbi akhirnya mengetahui bahwa hati rusa yang dipersembahkan putranya tiada lain adalah hati "si Tumang" anjing kesayangannya, maka murkalah Dayangsumbi. Terdorong amarah, tanpa sengaja, dipukulnya kepala putranya dengan centong nasi yang sedang dipegangnya, hingga menimbulkan luka yang berbekas. Sangkuriang merasa usaha untuk menggembirakan ibunya sia-sia, dan merasa perbuatannya tidak bersalah. Pikirnya tiada hati rusa, hati anjingpun jadilah, dengan tidak memikirkan kesetiaan si Tumang yang selama hidupnya telah setia mengabdi pada majikannya. Sangkuriang pun minggat meninggalkan kerajaan.


Setelah kejadian itu Dayangsumbi merasa sangat menyesal, setiap hari ia selalu berdoa dan memohon kepada Hyang Tunggal, agar ia dapat dipertemukan kembali dengan putranya. Kelak permohonan ini terkabulkan, dan kemurahan sang Hyang Tunggal jualah maka Dayangsumbi dikaruniai awet muda. Syahdan Sangkuriang yang terus mengembara, ia tumbuh penjadi pemuda yang gagah perkasa, sakti mandraguna apalagi setelah ia berhasil menaklukan bangsa siluman yang sakti pula, yaitu Guriang Tujuh.


Dalam suatu saat pengembaraannya, Sangkuriang tanpa disadarinya ia kembali ke kerajaan dimana ia berasal. Dan alur cerita hidup mempertemukan ia dengan seorang putri yang berparas jelita nan menawan, yang tiada lain ialah putri Dayangsumbi. Sangkuriang jatuh hati kepada putri tersebut, demikian pula Dayangsumbi terpesona akan kegagahan dan ketampanan Sangkuriang, maka hubungan asmara keduanya terjalinlah. Sangkuriang maupun Dayangsumbi saat itu tidak mengetahui bahwa sebenarnya keduanya adalah ibu dan anak. Sangkuriang akhirnya melamar Dayangsumbi untuk dipersunting menjadi istrinya.


Namun lagi lagi alur cerita hidup membuka tabir yang tertutup, Dayangsumbi mengetahui bahwa pemuda itu adalah Sangkuriang anaknya, sewaktu ia melihat bekas luka di kepala Sangkuriang, saat ia membetulkan ikat kepala calon suaminya itu.


Setelah merasa yakin bawa Sangkuriang anaknya, Dayangsumbi berusaha menggagalkan pernikahan dengan anaknya. Untuk mempersunting dirinya, Dayangsumbi mengajukan dua syarat yang harus dipenuhi Sangkuriang dengan batas waktu sebelum fajar menyingsing. Syarat pertama, Sangkuriang harus dapat membuat sebuah perahu yang besar. Syarat kedua, Sangkuriang harus dapat membuat danau untuk bisa dipakai berlayarnya perahu tersebut.


Sangkuriang menyanggupi syarat tersebut, ia bekerja lembur dibantu oleh wadiabala siluman pimpinan Guriang Tujuh untuk mewujudkan permintaan tersebut. Kayu-kayu besar untuk perahu dan membendung sungai Citarum, ia dapatkan dari hutan di sebuah gunung yang menurut legenda kelak diberi nama Gunung Bukit Tunggul. Adapun ranting dan daun dari pohon yang dipakai kayunya, ia kumpulkan di sebuah bukit yang diberi nama gunung Burangrang.


Sementara itu Dayangsumbi-pun memohon sang Hyang Tunggal untuk menolongnya, menggagalkan maksud Sangkuriang untuk memperistri dirinya. Sang Hyang Tunggal mengabulkan permohonan Dayangsumbi, sebelum pekerjaan Sangkuriang selesai, ayam berkokok dan fajar menyingsing. Sangkuriang murka, mengetahui ia gagal memenuhi syarat tersebut, ia menendang perahu yang sedang dibuatnya. Perahu akhirnya jatuh menelungkup dan menurut legenda kelak jadilah Gunung Tangkubanparahu, sementara aliran Sungai Citarum yang dibendung sedikit demi sedikit membentuk danau Bandung.

Nhah, kira-kira kaya gitu tuh cerita mitos asal-usul kenapa bisa namanya Tangkuban Perahu. Di komplek Tangkuban Perahu, selaen ada kawah yang masih ngeluarin belerang, ada juga tuh yang namanya Air Keramat Cikahuripan. Ga banyak cerita yg gue dapet dari sana, soalnya waktu gue kesana lagi sepi, kayanya Juru Kunci lagi ga ada di tempat itu.


[Gambaran Sekilas Komplek Air Keramat Cikahuripan]

Kalo poto2 di bawah ini, sedikit narsis bole lah yaa, hasil jepretan di Tangkuban Perahu :)